Rabu, 28 November 2012

Pembaca Karya Sastra

Baca juga Kata-Kata Mutiara di blog saya yang lain

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Kehadiran karya sastra ditengah-tengah masyarakat tidak pernah lepas dari peran pembaca sebagai konsumen karya sastra, tidak hanya itu, karya sastra akan benar-benar menjadi karya sastra apabila karya tersebut sampai kepada pembaca, dinikmati dan di terima sebagai karya sastra. Beda halnya bila karya sastra tersebut hanya sekedar ditulis namun tidak pernah dipublikasikan, sebagus apapun karya itu tak akan berarti apa-apa. Layaknya biola tak berdawai, selamanya takkan pernah menghasilkan nada yang indah. Untuk itu peran pembaca dalam karya sastra sangat diperlukan, bahkan bersifat mutlak. Dalam makalah ini akan dibahas secara rinci tentang Pembaca, hubungan pembaca dengan karya sastra dan sebagainya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Siapakah pembaca yang dimaksud dalam karya sastra?
2.      Bagaimana kedudukan pembaca dalam suatu karya sastra?
3.      Bagaimanakah hubungan antara sastrawan dengan pembaca?
4.      Bagaimanakah hubungan sosiologi sastra dengan pembaca?
C.    Tujuan
            Tujuan disusunnya karya ilmiah ini yaitu untuk memberikan pemahaman secara mendalam tentang hakikat pembaca karya sastra serta hubungannya dengan karya sastra itu sendiri maupun ilmu sosiologi sastra.

KAJIAN PUSTAKA

A.    Pengertian Pembaca
            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI v1.1 Versi Software) Pembaca adalah 1) Orang yang membaca, 2) orang yang gemar dan berbakat membacakan (Puisi, cerita, dsb), sedangkan Pembaca kaitannya dengan sastra yaitu audiens yang dituju oleh pengarang dalam menciptakan karya sastranya. Dalam hubungannya dengan masyarakat pembaca atau publiknya, menurut Wellek dan Warren (1994)[1], seorang sastrawan tidak hanya mengikuti selera publiknya atau pelindungnya, tetapi juga dapat menciptakan publiknya. Menurutnya, banyak sastrawan yang melakukan hal tersebut, misalnya sastrawan-sastrawan Indonesia dengan ciri khasnya masing-masin
B.     Kedudukan Pembaca dalam Karya Sastra
            Pembaca memiliki peran penting dalam dunia sastra. Adanya pembaca, dunia sastra mengalami perkembangan, baik dalam produksi karya ataupun segi keilmuan. Tanpa pembaca, fungi sastra tidak memiliki perannya dalam karya. Jadi karya tanpa ada pembaca tidak lebih dari sekedar kumpulan naskah. Dewasa ini, kemunculan karya sastra semakin banyak. Beberapa media cetak, seperti koran, setiap minggu ada yang memuat karya sastra. Lahirnya karya sastra, tidak terlepas dari kepiawaian seorang penulis dalam mengeksplorasikan idenya. Keberadaan karya sastra sampai pada pembaca, tidak terlepas dari keberadaan penerbit atau media. Tujuan akhir dari penerbitan adalah mampu menjadikan karya sastra dapat dimiliki oleh pembaca yaitu masyarakat atau publik. Pembaca dapat dikatakan sebagai raja pada kegiatan produksi sastra. Dalam dunia sastra, penulis-karya- pembaca merupakan mata-rantai dalam menggerakkan perkembangan dunia sastra. Penulis merupakan titik awal dalam keberadaan karya. Karya inilah yang akan diterima oleh pembaca atau penikmat sastra.
Pembaca memiliki kebebasan dalam menganalisa suatu karya. Setiap pembaca memiliki pemahaman dan penafsiran yang berbeda-beda, karena teks sastra merupakan kajian interpretasi.  Beraneka macamnya pemahaman pembaca terhadap karya, diantaranya dapat terlihat dari ekspresi pembaca. Seperti pembacaan puisi, betapa bervariasinya ekspresi pembacaan puisi. Satu puisi saja memiliki variasi yang berbeda-beda, sesuai dengan pemahaman pembaca. Ada yang membaca puisi penuh emosi dan amarah dengan suara lantang, ada pula membaca dengan suara lembut menggunakan ekspresi sedih dan meneteskan air mata. Begitupun dengan genre prosa, bagaimana pembaca mendalami konflik psikologis dari tokoh dalam karya serta keadaan sosialnya. Pembaca secara tidak langsung, seolah-olah ikut dalam konflik yang terjadi. Kehadiran pembaca, membantu perkembangan ilmu sastra.
Setiap pembaca karya sastra, pada dasarnya, ia telah bertindak sebagai ‘kritikus’, karena pembaca dapat menilai apakah karya sastra yang telah dibaca itu menarik atau tidak. Walau tidak ditulis dalam format tulisan, baik ilmiah atau non ilmiah. Kedudukan Pembaca Pembaca mendapat tempat penting dalam dunia sastra. Keberadaannya memberikan sumbangsih pada perkembangan ilmu sastra. Kajian sastra tidak lagi terfokus pada teks, namun mampu merambah unsur ekstrenalnya (pembaca pengarang dan unsur-unsur sosial di dalamnya). Selain itu, pembaca merupakan ‘juri’ dalam menilai suatu karya. Bayangkan, jika tidak ada yang membaca karya sastra, fungsi sastra tidak memiliki peran pada karya.
C.    Hubungan Sastrawan dan Pembaca
            Keberadaan pengarang dan karya sastra tentunya tidak pernah lepas dari pembaca, seperti pada penjelasan sebelumnya bahwa tanpa pembaca, fungi sastra tidak memiliki perannya dalam karya. Hal itu karna antara ketiganya memiliki hubungan yang tak dapat dipisahkan, hususnya hubungan antara pengarang dan pembaca dengan menjadikan karya sastra sebagai sarananya penghubungnya.
            Hubungan sastrawan dengan pembaca adalah hubungan timbal balik. Pada awal komunikasi, sastrawan berkomunikasi dengan pembacanya berangkat dari praanggapan yang sama. Dalam dunua sastra, praanggapan ini dinamakan konvensi sastra (Wahyudi Siswanto, 2008: 94)[2]. Sastrawan yang mengetahui konvensi yang sudah ada dibenak pembaca bisa mengambil sikap mengikuti dan memanfaatkan konvensi itu. Sastrawan yang mengambil sikap mengikuti konvensi bisa berangkat dari praanggapan yang sama dengan pembaca dan tetap setia untuk menghasilkan karya sastra yang sesuai dengan praanggapan tersebut.
Ada juga sastrawan yang mengambil sikap kedua, ia memanfaatkan konvensi yang sudah ada dalam pembaca untuk mempermainkannya. Sastrawan, bahkan bisa menentang konvensi dan menyodorkan sesuatu yang baru.
Pembaca sastra merupakan penerima karya sastra dengan berbagai penafsiran sesuai dengan pandangan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam hal ini terdapat hubungan interaksi komunikasi secara tidak langsung antara pengarang dan pembaca. Penulis menambahkan, Jika dikaji lebih mendalam terdapat ikatan-ikatan yang bersifat mutlak antara pengarang dan pembaca, baik dari segi psikis, spiritual dan sosiologis. Serta hubungan emosional dalam rangka mengungkap hal-hal tersebunyi didalamnya sehingga karya sastra tersebut dapat diterima dan dapat pula menunjukkan perannya di tengah-tengah masyarakat (sosial).
Bentuk penerimaan tergantung pada tingkatan pembaca. Ada pembaca sastra awam, ada pembaca sastra yang sastrawan, ada pembaca sastra kritikus, ada juga dari kalangan akademisi. Setiap pembaca mempunyai cara tersendiri dalam menerima karya sastra.
D.    Sosiologi Sastra dan Pembaca
            Konsep dasar sosiologi sastra yaitu Pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatan serta hubungan dwi arah antara sastra dan masyarakat (Nyoman Kutaratna)[3]
1        Klasifikasi Sosiologi Sastra

      Rene Wellek dan Austin Warren (1994) dalam (Wigi Sutrisno,2012)[4] mengklasifikasikan Sosiologi sastra menjadi tiga. Yaitu:
·         Sosiologi pengarang. Yaitu memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra, atau menjadikan latar sosial kemasyarakatan pengarang sebagai salah satu faktor yang dipergunakan untuk menilai karya sastra
·         Sosiologi karya sastra. Yaitu memasalahkan apa yang tersirat dan apa yang menjadi tujuan karya sastra
·         Sosiologi pembaca dan pengaruh sosial karya sastra. Yaitu memasalahkan seberapa jauh karya sastra itu memiliki pengaruh terhadap masyarakat, khususnya pembacanya, dan seberapa jauh pembaca, masyarakat itu, terpengaruh oleh karya sastra yang dibacanya.
      Pembahasan ini fokus pada poin ketiga yaitu sosiologi pembaca sekaligus pengaruh sosial karya sastra.
Di samping itu, (Watt, via Damono, 1979)[5]. Berpendapat bahwa Sosiologi Pembaca “juga mengkaji fungsi sosial sastra mengkaji sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial”.
Dalam kajian sosiologi pembaca ini yang dipentingkan adalah reaksi dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra tertentu. Untuk melihat reaksi dan penerimaan pembaca terhadap suatu karya sastra perlu diperhatikan keadaan sosial budaya masyarakatnya. Hal ini karena latar belakang sosial budaya masyarakatlah yang mempengaruhi pembaca dalam menanggapi karya sastra tertentu.
2        Dampak dan fungsi sosial karya sastra
Setelah sampai kepada pembaca, karya sastra akan dibaca, dihayati, dan dinikmati pembaca. Horatius dalam bukunya, (Ars Poetica,14 SM), dalam  (Wahyudi Siswanto, 2008: 93)[6] telah mengemukakan fungsi dan tujuan seorang penyair dalam masyarakat, yaitu “berguna dan memberi nikmat, ataupun sekaligus menyatakan hal-hal yang enak dan berfaedah untuk kehidupan”, yang dikenal dengan istilah Utile dan Dulce. Apa yang dikemukakan oleh Horatius tersebut kemudian menjadi dasar perkembangan teori pragmatik, dan resepsi sastra.
Teori pragmatik merupakan bidang kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap peran pembaca. Hal ini berkaitan dengan dampak atau pun respon pembaca (masyarakat) terhadap karya sastra. Sedangkan resepsi sastra berkaitan dengan bagaimana pembaca memberikan makna serta penafsiran terhadap karya sastra yang dibacanya, sehingga menimbulkan reaksi terhadapnya. Baik reaksi konstruktif (apabila sastra dianggap membangun), ataupun destruktif, (apabila karya sastra dianggap bertentangan dengan prisip dirinya)

PENUTUP

A.    Simpulan
1        Pembaca (Pembaca Karya Sastra) merupakan audiens yang dituju oleh pengarang dalam menciptakan karya sastranya. Dalam hubungannya dengan masyarakat pembaca atau publiknya, menurut Wellek dan Warren (1994)
2        Pembaca memiliki kedudukan yang sangat penting dalam karya sastra. pembaca dapat dikatakan sebagai raja pada kegiatan produksi sastra. Dalam dunia sastra, penulis-karya-pembaca merupakan mata-rantai dalam menggerakkan perkembangan dunia sastra. Setiap pembaca memiliki pemahaman dan penafsiran yang berbeda-beda, karena teks sastra merupakan kajian interpretasi. Selain itu, pembaca merupakan ‘juri’ dalam menilai suatu karya. Bayangkan, jika tidak ada yang membaca karya sastra, fungsi sastra tidak memiliki peran pada karya.
3        Hubungan sastrawan dengan pembaca adalah hubungan timbal balik. Dalam hal ini terdapat hubungan interaksi komunikasi secara tidak langsung antara pengarang dan pembaca. bahkan Jika dikaji lebih mendalam terdapat ikatan-ikatan yang bersifat mutlak antara pengarang dan pembaca, baik dari segi psikis, spiritual dan sosiologis. Serta hubungan emosional dalam rangka mengungkap hal-hal tersebunyi didalamnya sehingga karya sastra tersebut dapat diterima dan dapat pula menunjukkan perannya di tengah-tengah masyarakat (sosial).
4        Sosiologi pembaca Yaitu memasalahkan seberapa jauh karya sastra itu memiliki pengaruh terhadap masyarakat, khususnya pembacanya, dan seberapa jauh pembaca, masyarakat itu, terpengaruh oleh karya sastra yang dibacanya.
Di samping itu, (Watt, via Damono, 1979). Berpendapat bahwa Sosiologi Pembaca “juga mengkaji fungsi sosial sastra mengkaji sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial”.
Fungsi dan tujuan seorang penyair dalam masyarakat, yaitu “berguna dan memberi nikmat, ataupun sekaligus menyatakan hal-hal yang enak dan berfaedah untuk kehidupan”, yang dikenal dengan istilah Utile dan Dulce. Apa yang dikemukakan oleh Horatius tersebut kemudian menjadi dasar perkembangan teori pragmatik, dan resepsi sastra.
B.     Saran
            Pembaca yang baik adalah pembaca yang tidak hanya sekedar membaca. Tapi mampu mengungkap hal tersembunyi dalam karya sastra. Sehingga kemunculan karya sastra tersebut lebih bermakna serta memberikan manfaat yang bersifat membangun terhadap masyarakat secara umum.


DAFTAR PUSTAKA


Harian Haluan. Pembaca Sebagai Raja dalam Karya Sastra. Dalam situs

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=sosiologi%20pembaca%20&source=web&cd=4&ved=0CEIQFjAD&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2Fpendidikan%2FDra.%2520Wiyatmi%2C%2520M.Hum.%2FBAB%2520III.doc&ei=izWsUI_pKcrmmAXbuYHoDw&usg=AFQjCNHms7yfp9HMHMI7ynz8R-P1X53DQQ

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI v1.1 Versi Software). 2010.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.

Sutrisno, Wigi. 2012. Pendekatan Pengkajian Sastra. Dalam situs



[1](http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=sosiologi%20pembaca%20&source=web&cd=4&ved=0CEIQFjAD&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2Fpendidikan%2FDra.%2520Wiyatmi%2C%2520M.Hum.%2FBAB%2520III.doc&ei=izWsUI_pKcrmmAXbuYHoDw&usg=AFQjCNHms7yfp9HMHMI7ynz8R-P1X53DQQ)

[2] Pengantar Teori Sastra, Dr. Wahyudi Siswanto, 2008
[3] (Matakuliah Sosiologi Sastra, Universitas Madura)
[4] http://wigi-sutrisno.blogspot.com/2012/01/pendekatan-pengkajian-sastra.html?m=1
[5](http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=sosiologi%20pembaca%20&source=web&cd=4&ved=0CEIQFjAD&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2Fpendidikan%2FDra.%2520Wiyatmi%2C%2520M.Hum.%2FBAB%2520III.doc&ei=izWsUI_pKcrmmAXbuYHoDw&usg=AFQjCNHms7yfp9HMHMI7ynz8R-P1X53DQQ)
                [6] Pengantar Teori Sastra, Dr. Wahyudi Siswanto, 2008


Baca Juga:
Makalah tentang Kepunahan Bahasa

 jangan lupa komentarnya sob...!!!
Pembaca Karya Sastra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar